Pengertian AMD
Acid mine drainage merupakan
istilah yang digunakan untuk menggambarkan polusi air permukaan yang terjadi di
sekitar aktivitas pertambangan. AMD terjadi akibat adanya reaksi antara air
permukaan, baik air limpasan hujan maupun genangan air, dengan lapisan batuan
yang mengandung mineral belerang. Mineral belerang yang paling umum ditemukan
adalah pyrite (FeS). AMD biasanya ditemukan pada daerah tambang yang masih
aktif atau pertambangan yang terbengkalai. Air asam tambang baru terbentuk
bertahun-tahun kemudian sehingga perusahaan pertambangan yang tidak melakukan
monitoring jangka panjang bisa salah menganggap bahwa batuan limbahnya tidak
menimbulkan air asam tambang. Air asam tambang berpotensi mencemari air
permukaan dan air tanah. Sekali terkontaminasi terhadap air akan sulit melakukan
tindakan penanganannya.
Proses
Terjadinya Air Asam Tambang
Prinsip terjadinya air asam tambang adalah adanya
reaksi pembentukan H+ yang merupakan ion pembentuk asam akibat oksidasi
mineral-mineral sulfida dan bereaksi dengan air (H2O). Kemudian oksidasi dari
Fe2+, hidrolisis Fe3+ dan pengendapan logam hidroksida. Prinsip tersebut bila
dilihat secara kimia, sedangkan secara biologi terjadi air asam tambang akibat
adanya bakteri-bakteri tertentu yang sanggup untuk mempercepat proses
(katalisator) dari oksida mineral-mineral sulfida dan oksidasi-oksidasi besi.
Berikut reaksi pembentukan air asam tambang secara
kimia dan secara biologi:
1.
Secara Kimia
Oksidasi mineral-mineral sulfida (dalam bentuk
pyrit) yang menyebabkan keasaman dari air asam tambang dapat digambarkan dengan
tiga reaksi :
a. FeS2 + 7/2 O2 + H2O à Fe2+ + 2 SO42- + 2 H+
b. Fe2+ + ¼ O2 + H+ à Fe3+ + ½ H2O
c. Fe3+ + 3 H2O à Fe(OH)3 ¯ + 3 H+ +
d. FeS2 + 15/4 O2 + 7/2 H2O à 2 H2SO4 + Fe(OH)3 ¯
Persamaan:
a.
Menunjukkan oksidasi dari kristal pyrit oleh oksigen,
persamaan
b.
Menunjukkan oksidasi dari ferrous iron (Fe2+) menjadi
Ferric iron dan persamaan
c.
Menunjukkan hidrolisis ferric iron dan pengendapannya
menjadi besi hidroksida [Fe(OH)3]. Bila ketiga persamaan tersebut dijumlah akan
memberikan hubungan stokiometri secara menyeluruh.
2.
Secara Biologi
Kondisi keasaman dari pelapukan ion-ion hidrogen
selama oksidasi dapat pula disebabkan karena adanya aktivitas biologi oleh
bakteri-bakteri. Bakteri tersebut mampu untuk mempercepat proses oksidasi dari
mineral-mineral sulfida dan oksidasi besi serta mendapat energi hasil pelepasan
energi dari proses oksidasi. Bakteri ini termasuk dalam subgroup strick aerobes,
genus trobhasillus, species thiobasillus, ferroxidans (kadang-kadang dijumpai Ferrobacillus ferroxidans).
Persamaan reaksi terbentuknya air asam tambang
berdasarkan aktivitas biologi sebagai berikut :
· FeS2
+ H2O + 7/2 O2 à Fe2+
+ 2 SO42-
· Fe2+
+ ¼ O2 + 5/2 H2O T.Ferroxidans à Fe(OH)3
+ 2 H+ +
· FeS2 +
7/2 H2O + 15/4 O2 à Fe(OH)3
¯ + 2 H2SO4
Dari reaksi kimia dan biologi di atas dapat dilihat
bagaimana terbentuk asam sulfat (H2SO4) yang merupakan
asam kuat, dengan adanya kadar asam sulfat ini menyebabkan air yang mengalir
pada daerah yang terjadi proses kimia dan biologi tersebut akan bersifat asam,
inilah yang disebut air asam tambang. Air asam tambang ini dapat dikenal dari
warna jingga atau merah dari endapan besi hidroksida di dasar aliran atau bau
belerang, tetapi ini tidak selalu terjadi karena ada air asam tambang yang
warnanya agak jernih.
Kandungan AMD
Acid mine drainage atau air asam
tambang mengandung logam-logam berat berpotensi menimbulkan dampak lingkungan
dalam jangka panjang. Ketika air asam tambang sudah terbentuk maka akan sangat
sulit untuk menghentikannya karena sifat alamiah dari reaksi yang terjadi pada
batuan. Sebagai contoh, pertambangan timbal pada era kerajaan Romawi masih
memproduksi air asam tambang 2000 tahun setelahnya.
Air asam tambang baru terbentuk
bertahun-tahun kemudian sehingga perusahaan pertambangan yang tidak melakukan
monitoring jangka panjang bisa salah menganggap bahwa batuan limbahnya tidak
menimbulkan air asam tambang. Air asam tambang berpotensi mencemari air
permukaan dan air tanah. Sekali terkontaminasi terhadap air akan sulit melakukan
tindakan penanganannya.
AMD umumnya muncul dari batuan
yang mengandung pyrite, yg jika terekspos O2 (udara) saat penambangan maka akan
teroksidasi membentuk asam sulfat. Jika ada curah hujan yang cukup maka asam
akan menimbulkan timbunan dalam bentuk lindi (leachate). Proses tersebut
dinamakan AMD.
Disebut acid (asam) karena
memang reaksi yang terjadi antara mineral dengan air melepaskan ion hydrogen
sehingga menyebabkan air bersifat asam. Rangkaian reaksi berikut ini adalah
contoh reaksi pyrite dan air yang terjadi pada pembentukan AMD.
2 FeS2 + 7 O2 + 2 H2O → 2 Fe2+ +
4 SO4 + 4 H+
4 Fe2+ + O2 + 4 H+ → 4 Fe3+ + 2
H2O
4 Fe3+ + 12 H2O → 4 Fe(OH)3 + 12
H+
FeS2 + 14 Fe3+ + 8 H2O → 15 Fe2+
+2 SO42- + 16 H+
Karakteristik AMD serta bahayanya
Beberapa karakteristik utama
dari AMD antara lain:
1. Rendahnya pH
2. Tingginya kandungan metal
3. Tingginya konsentrasi padatan
terlarut total (total dissolved solids, TDS)
4. Kandungan sulfat yang tinggi.
Makhluk hidup memiliki rentang
pH tertentu untuk hidup. Pada pH yang terlalu rendah (asam) akan terjadi
gangguan osmoregulasi di dalam tubuh yang dapat mengakibatkan kematian.
Rendahnya pH juga menyebabkan peningkatan konsentrasi ion-ion terlarut di dalam
air. Peningkatan kelarutan ion-ion seperti metal ini juga berdampak pada
tingginya nilai padatan terlarut (total dissolved solids, TDS). Dalam
konsentrasi yang tinggi, logam-logam terutama logam berat memiliki sifat toksik
bagi makhluk hidup. Logam berat juga sulit didegradasi dan memiliki sifat
bioakumulasi di dalam jaringan makhluk hidup. Dampak kesehatan lainnya
ditimbulkan dari tingginya konsentrasi sulfat. Sulfat memiliki sifat laksatif
sehingga dapat mengganggu sistem pencernaan apabila masuk ke dalam tubuh
makhluk hidup.
Masalah lain yang ditimbulkan
AMD adalah dari segi estetika. Tanaman yang berada di daerah-daerah yang
dilalui oleh AMD dapat mengalami gangguan pertumbuhan dan reproduksi. Di
samping itu, endapan Fe(OH)3 yang berwarna merah-jingga dapat mencemari serta
merusak keindahan sungai.
Dampak Yang Ditimbulkan Akibat AMD
Dampak yang dapat ditimbulkan
akibat air asam tambang adalah terjadinya pencemaran lingkungan, dimana
komposisi atau kandungan air di daerah yang terkena dampak tersebut akan
berubah sehingga dapat mengurangi kesuburan tanah, mengganggu kesehatan
masyarakat sekitarnya, dan dapat mengakibatkan korosi pada peralatan tambang.
Derajat keasaman tanah yang
telah tercemar akibat air asam tambang ini akan semakin meningkat, sehingga
tanaman tidak dapat tumbuh karena derajat keasaman tanahnya terlalu tinggi.
Apabila air asam tersebut mencemari air tanah maupun aliran air sungai dimana
masyarakat memanfaatkan air tersebut maka dapat mengganggu kesehatan masyarakat
sekitar, diantaranya dapat menimbulkan penyakit diare maupun penyakit lainnya
yang berhubungan dengan pencernaan. Sedangkan air asam tambang juga dapat mempercepat
proses pengkaratan pada peralatan tambang, sehingga perlu penanganan agar
pengaruh yang ditimbulkan dari air asam tersebut tidak merusak peralatan
tambang.
Pencegahan Terbentuknya Air Asam Tambang
Salah satu upaya pencegahan
pembentukan air asam tambang (AAT) adalah dengan pembangunan lapisan penutup
material reaktif, umumnya dikenal sebagai Potentially Acid Forming (PAF)
material, dengan material yang tidak reaktif, Non Acid Forming (NAF) material,
tanah, atau material alternative seperti Geosyntetic Clay Liner (GCL). Lapisan
ini dikenal juga dengan sebutan dry cover system. Tujuan dari pembangunan
lapisan ini adalah untuk mengurangi difusi oksigen dan infiltrasi air, sebagai
faktor penting dalam proses oksidasi mineral sulphida. Selain itu, sistem
pelapisan ini juga diharapkan dapat tahan terhadap erosi dan mendukung upaya
revegetasi lahan penimbunan material.
Pengolahan Acid Mine Drainage
Pengolahan (treatment) AMD
terbagi dalam dua kelompok utama yaitu pengolahan pasif dan aktif. Pengolahan
pasif dilakukan dengan cara membuat konstruksi penahan yang dapat meningkatkan
pH serta mengurangi beban pencemaran logam ke lingkungan. Biaya investasi untuk
pengolahan pasif cenderung tinggi namun proses yang terjadi selama pengolahan
tidak memerlukan operasional yang terlalu intensif. Walaupun demikian,
maintenance berkala tetap diperlukan dalam pengolahan pasif. Pada pengolahan
aktif, proses netralisasi pH dilakukan secara langsung pada sumber atau aliran
air yang terkontaminasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mendirikan pabrik
pengolahan air yang menjadi tempat berlangsungnya proses penetralan pH. Metode
penanganan aktif seperti ini memerlukan pemantauan yang lebih ketat dan
terjaminnya ketersediaan dana secara kontinyu.
Pengolahan air asam harus
dilakukan sebelum air tersebut dibuang ke badan air, sehingga nantinya tidak
mencemari perairan di sekitar lokasi tambang. Pengolahan air asam dapat
dilakukan dengan cara penetralan. Penetralan air asam dapat menggunakan bahan
kimia diantaranya seperti Limestone (Calcium Carbonat), Hydrate Lime (Calcium
Hydroxide), Caustic Soda (Sodium Hydroxide), Soda Ash Briquettes (Sodium
Carbonate), Anhydrous Ammoni.
- Limestone (Calcium Carbonat)
Limestone
atau biasa dikenal dengan batu gamping telah digunakan selama berpuluh-puluh
tahun untuk menaikkan pH dan mengendapkan logam di dalam air asam. Penggunaan
limestone merupakan penanganan yang termurah, teraman dan termudah dari semua
bahan-bahan kimia. Kekurangan dari limestone ini ialah mempunyai keterbatasan
karena kelarutan yang rendah dan limestone terlapisi.
- Hydrate Lime (Calcium Hydroxide)
Hydrated lime
adalah suatu bahan kimia yang sangat umum digunakan untuk menetralkan air asam.
Hydrated lime sangat efektif dari segi biaya dalam yang sangat besar dan
keadaan acidity yang tinggi. Bubuk hydrated lime adalah hydrophobic, begitu
lama pencampuran diperlukan untuk membuat hydrated lime dapat larut dalam air.
Hydrated lime mempunyai batasan keefektifan dalam beberapa tempat dimana suatu
pH yang sangat tinggi diperlukan untuk mengubah logam seperti mangan.
- Caustic Soda (Sodium Hydroxide)
Caustic Soda
merupakan bahan kimia yang biasa digunakan dan sering dicoba lebih jauh (tidak
mempunyai sifat kelistrikan), kondisi aliran yang rendah. Caustic menaikkan pH
air dengan sangat cepat, sangat mudah larut dan digunakan dimana kandungan
mangan merupakan suatu masalah. Penggunaannya sangat sederhana, yaitu dengan
cara meneteskan cairan caustic ke dalam air asam, karena kelarutannya akan
menyebar di dalam air. Kekurangan utama dari penggunaan cairan caustic untuk
penanganan air asam ialah biaya yang tinggi dan bahaya dalam penanganannya.
Penggunaan caustic padat lebih murah dan lebih mudah dari pada caustic cair.
·
Soda Ash Briquettes (Sodium Carbonate)
Sodium
Carbonate biasanya digunakan dalam debit kecil dengan kandungan besi yang
rendah. Pemilihan soda ash untuk penanganan air asam biasanya berdasar
pemakaian sebuah kotak atau tong dengan air masuk dan buangan.
- Anhydrous Ammoni
Anhydrous
Ammonia digunakan dalam beberapa cara untuk menetralkan acidity dan untuk
mengendapkan logam-logam di dalam air asam. Ammonia diinjeksikan ke dalam kolam
atau kedalam inlet seperti uap air, kelarutan tinggi, rekasi sangat cepat dan
dapat menaikkan pH.Ammonia memerlukan asam (H+) dan juga membentuk ion hydroxyl
(OH-) yang dapat bereaksi dengan logam-logam membentuk endapan. Injeksi ammonia
sebaiknya dekat dengan dasar kolam atau air inlet, karena ammonia lebih ringan
dari pada air dan naik kepermukaan. Ammonia efektif untuk membersihkan mangan
yang terjadi pada pH 9,5.
- Penggunaan Tawas Sebagai Bahan Koagulan
Air asam
dalam kegiatan penambangan juga bisa dipastikan akan memiliki kekeruhan yang
sangat tinggi, oleh karena itu untuk menurunkan kekeruhannya dapat menggunakan
bahan kimia seperti alum atau lebih dikenal dengan tawas atau rumus kimianya
(Al2SO4)3. Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan karena
bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran serta mudah
penyimpanannya. Jumlah pemakaian tawas tergantung kepada turbidity (kekeruhan)
air. Semakin tinggi turbidity air maka semakin besar jumlah tawas yang
dibutuhkan. Makin banyak dosis tawas yang ditambahkan maka pH akan semakin
turun, karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis tawas yang
efektif antara pH 5,8 -7,4. Apabila alkalinitas alami dari air tidak seimbang
dengan dosis tawas perlu ditambahkan alkalinitas.
Strategi komprehensif
mengendalikan AMD:
- Pengelompokan batuan berdasarkan potensi asamnya, dengan tes NAG (Net Acid Generation) yang akan menghasilkan klasifikasi:
·
NAF (Non Acid Forming)
·
PAF (Potencially Acid Forming)
- Penanganan selektif batuan sisa oleh operator penambangan, batuan PAF ditempatkan di tengah tumpukan dan NAF di sekeliling tumpukan.
- Menutup/isolasi batuan PAF di dalam disposal (waste dump) untuk meminimasi masuknya O2 ke dalam disposal dan mengurangi pembentukan asam.
Untuk mencegah timbulnya AMD
atau danau dengan pH rendah, tidak boleh terjadi genangan air 1 pit yang lama
jika ada batubara yang terbuka (exposed). Batubara yang terbuka harus ditutup
dengan topsoil atau material OB sebelum pit digenangi air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar